Jumat, 06 Maret 2009

Pandangan lain tentang FOSS

disadur dari milis tetangga
sumber : PCMedia edisi 03/2009
penulis:Bernaridho L. Hutabarat


“Bila Anda mencari suatu item di Wikipedia dan mendapatkannya, besar kemungkinan Anda akan melihat tulisan tentang donasi bahwa Wikipedia membutuhkan dana US$6 juta. Saat saya menulis artikel ini, telah terkumpul sekitar US$3 juta.

Website dari FreeBSD juga memiliki seksi donasi. Pada webpage www.freebsdfoundation.org/donate/fundraising/shtml.
Anda dapat melihat bahwa mereka ingin mengumpulkan dana US$300.000 untuk pengembangan sistem operasi BSD dengan segala perangkat lunak pendukungnya.

Semua ini efek dari dinobatkannya Richard Stallman sebagai nabi oleh banyak orang. Dia sendiri (dengan nada humor dan/atau sarkastik) menyebut dirinya “Saint iGNUcius”.

Dan kemudian banyak orang lain ingin menjadi nabi (atau pahlawan?) dengan menyediakan free software. Bahkan perusahaan seperti IBM, Novell, dan Canonical membuat free software. Kalau Anda tidak membuat free software, Anda sekarang sulit mendapat teman.

Kenyataannya tentu tidak sesederhana hal tersebut. Pembuatan free software mirip dengan kegiatan charity dan punya lika-liku dan intrik bisnis yang mirip juga. Ada broker (individu maupun corporate), ada motivasi politik, dan ada strategi untuk tetap dapatkan keuntungan finansial. IBM mungkin menyubsidi software gratisnya lewat penjualan hardware.

Stallman berpendapat software harus gratis karena software hanyalah seperti sebuah resep dan bahwa tidak etis untuk merahasiakan resep. Di PCMedia 08/2007, saya jelaskan ketidaksetujuan saya akan analogi tersebut. Saya lanjutkan dengan tulisan di Warta e-gov bahwa tidak ada alasan teologis yang harus mengharuskan Anda menggratiskan karya Anda.

Saya tidak setuju klaim Stallman bahwa orang yang tidak mengratiskan software adalah kriminal. Wikipedia memang secara tidak langsung menyatakan Stallman berpendapat seperti ini. Sintesis komprehensif tentang hal ini akan saya tulis pada kesempatan lain.

Saya pro bisnis dan bagi saya Steve Jobs lebih merupakan pahlawan ketimbang Linus Torvald. Steve Jobs berani untuk tidak menggratiskan karyanya disela-sela begitu banyaknya orang yang maniak untuk menjadi pahlawan (atau karena takut?) dengan menggratiskan karyanya.

Pada industri lain tidak ada keharusan untuk menggratiskan produk. Juga tidak ada keharusan memberi bahan mentah (seperti source-code program). Dalam kasus mobil, Anda harus membayar mobil dan tidak ada kewajiban bagi produsen mobil untuk memberi bahan mentah (baja, kaca) sehingga Anda bisa membuat mobil baru.

Stallman, FSF, serta perusahaan/individu pembuat software gratis telah melemahkan daya saing Amerika. Dengan membuat banyak software gratis dan memberi tahu sangat banyak hal tentang TI, Amerika kehilangan banyak uang.

Bandingkan dengan Jepang yang sangat merahasiakan teknologi batere, energi, dan mobil elektronik/hibrida/hidrogen. Dengan cara itu, Toyota sangat berjaya dalam penjualan mobil dan teknologi “hijau”, sementara GM, Chrysler, dan Ford harus minta uang dari pemerintah AS karena bangkrut.

Perusahaan dan individu AS dan Eropa juga melakukan terlalu banyak charity (aksi amal) ke negara-negara yang penduduknya tetap memiliki rasa antipati ke AS dan Eropa dengan banyak alasan. Sementara IBM (AS) melakukan banyak charity dan membuat software gratis, Lenovo (Cina, pembeli divisi PC IBM) tidak sangat antusias, dan lebih berhati-hati dalam keuangan.

Kejatuhan Amerika dan Eropa membuat banyak bisnis sekarang dikuasai negara-negara lain: Qatar, Emirat Arab, dan Saudi Arabia yang relatif tidak banyak menyumbang untuk free software. Kabarnya banyak aset di AS sekarang dikuasai pemerintah Cina, yang juga tidak banyak menyumbang untuk free software. Utang Pemerintah AS sangat banyak.

Bila saya Obama, saya akan ajak rakyat saya untuk merenungkan lagi keinginan yang berlebihan untuk menjadi pahlawan dan nabi, apalagi bila akhirnya kita menjadi pengemis dan pengutang.
------------------------------

----------------------------

Dan ada yang merespon tulisan om Bernaridho ini di :
http://syamsuddin-ideris.blogspot.com/2009/02/pc-media-pembodohan-pembaca.html

lalu respon dari om Bernaridho di :
http://www.syamsuddin-ideris.blogspot.com/2009/02/tanggapan-1-bernaridho.html

Tidak ada komentar: